Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

KTP Islam, Paradigma Syirik

مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (31) مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ (32) Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (Q.S. al-Rum [30]: 3 2 ). Sebelumnya pada ayat 30 Surah al-Rum, manusia diperintahkan: “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetap-lah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui .” Penjelasan tentang agama fitrah dilanjutkan oleh Alquran dengan peringatan pada ayat 31: “dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.” Selanjutnya, ayat 32 Surah al-Rum—menurut Ibn ‘

Jebakan Paradigma

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (الأنعام: 122 ا ) Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. al-An ‘am [6]: 12 2 ). Ayat ini menjawab pertanyaan tentang orang-orang musyrik yang terus bertahan dalam kesyirikannya. Mereka mendebat dan mempengaruhi umat Islam agar mengikuti jalan pikiran mereka. Padahal Alquran telah memberi tuntunan yang kebenarannya dapat diterima secara rasional. Realitanya mereka itu orang-orang yang cerdas, lalu apakah rasionalitas intelektual m

Jauhi Wanita

“...hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka..” (QS. Al-Baqarah [2]: 222) Jika dipenggal ayat di atas terkesan diskriminatif, terutama bagi mereka yang orientasi berpikirnya didominasi oleh sensitivitas gender. Tetapi sebenarnya ayat ini berisi pesan tindakan preventif terhadap wanita, agar terhindar dari penyakit berbahaya. Oleh karena itu ayat ini harus dibaca secara utuh, menyeluruh dan pemaknaan penuh. Beruntungnya, kita yang hidup di akhir masa ini dianugerahi Allah ilmu interdisipliner sehingga dapat mencapai keutuhan dan kepenuhmaknaan ayat ini. Perhatikan keseluruhan rangkaian redaksi ayat: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyuka