Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Bijaksana Ala Alquran

Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah) . (QS. Al-Isra’ [17]: 39). Ayat ini merupakan penutup dari rangkaian 17 ayat dalam surat ke 17 (al-Isra’) yang mengajarkan tentang kebijaksanaan (hikmah), yaitu mulai ayat 23 sampai ayat 39. Jika diperhatikan, rangkaian ayat ini berisi dua belas larangan, enam perintah, dan tiga penegasan. Pada ayat 38 dinyatakan, bahwa semua larangan dalam ayat sebelumnya merupakan keburukan yang dibenci Allah. Lalu pada ayat 39 dinyatakan, bahwa semua ini adalah sebagian hikmah yang wahyukan Allah. Dua belas larangan mulai dari ayat 23 adalah: 1) larangan menyembah selain Allah; 2) larangan menyakiti orang tua; 3) larangan boros ( tabzir ); 4) larangan kikir; 5) larangan royal pada harta karena berakibat penyesalan, 6) larangan membunuh anak karena takut miskin; 7) larang

Ahli Hikmah

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman [31]: 12). Sebagian ulama mengira Lukman al-Hakim adalah nabi. Namun Ibn Umar pernah mendengar penjelasan Rasul bahwa Lukman bukan nabi, tapi seorang hamba Allah yang banyak melakukan perenungan. Benar, sebab ayat ini sama sekali tidak menyiratkan kenabian Lukman. Maka kata al-hikmah disini bermakna pengetahuan tentang hakikat sesuatu oleh selain nabi. Jadi ini merupakan pengakuan, bahwa manusia biasa juga bisa mencapai kebijaksanaan. Selain pengakuan ayat di atas juga mencontohkan, bahwa hikmah bukan hanya pengetahuan, tapi tindakan yang bijaksana. Bersyukur adalah contoh terbaik yang diberikan Alquran, sebab ia puncak hikmah. Hikmah berarti mendahulukan yang lebih bermanfaat dari lain

Hikmah

Allah menganugerahkan al-hikmah, dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak, dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran . (QS. Al-Baqarah [2]: 269). Menurut Tafsir Jalalayn , kata al-hikmah di sini dapat dipahami sebagai ilmu bermanfaat yang mengantar pada amalan. Demikian pula menurut tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir , al-hikmah adalah ilmu yang kokoh dan perbuatan dijalankan berdasar ilmu tersebut. Adapun pendalaman terhadap kata ini menimbulkan ragam pendapat dalam tiga konteks. Pertama dalam konteks Alquran, antara lain Ibn ‘Abbas. Ia mengatakan hikmah adalah pemahaman terhadap Alquran seperti tafsir, atau tentang muhkam dan mutasyabih -nya. Pendapat yang sama juga diriwayatkan dari Abu ‘Aliyah. Kedua , dalam konteks kenabian. Menurut Abu Malik, hikmah adalah Sunah Rasulullah. Adapun al-Sadi mengatakan bahwa hikmah dalam ayat ini adalah kenabian ( nubuwah ), namun ditolak oleh ulama lain.