Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

DINAMIKA TULISAN ARAB-JAWI DI ACEH

Gambar
( Tulisan ini disampaikan pada Workshop Penulisan Arab-Jawi, diselenggarakan oleh BPPD Aceh, tanggal 20 September 2014 di Banda Aceh. ) A.   Pendahuluan Sebagai salah satu produk manusia, tulisan menjadi bagian dari budaya yang tidak lepas dari perubahan. Sebagaimana bahasa, tulisan juga mengalami pergeseran dan perkembangan seiring pergerakan ruang dan waktu, jadi ia tidak lepas dari historisitas. Karena keterkaitan dengan ruang dan waktu, maka masalah pergeseran dan perkembangan kerap dilihat dari satu perspektif atau sudut pandang tertentu yang sifatnya paradigmatik. [1] Dilihat dari perspektif tradisionalis yang berorientasi pada ‘masa lalu,’ maka pergeseran dan perkembangan merupakan perubahan dari masa sebelumnya. Sebaliknya dari perspektif modernis yang berorientasi ‘kekinian,’ pergeseran dan perkembangan merupakan keniscayaan. Cara pandang pertama dilingkupi paradigma keterhubungan dengan masa lalu, sementara cara pandang kedua dilingkupi paradigma keterputusan dengan

Dasar Hukum Keberlakuan Khitan bagi Umat Muhammad

Khitan telah menjadi kebiasaan di daerah tertentu—misalnya Mesir—jauh sebelum agama Islam diturunkan. Menurut sebuah riwayat dalam kitab al-Muwa tt a’ , Sa‘ i d ibn al-Musayyab (w. 93 H/712 M) menyatakan bahwa Nabi Ibrahim as. (w. 1773 SM) [1] adalah orang pertama yang melakukan khitan. [2] Pendapat ini diikuti oleh kebanyakan ulama. عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّهُ قَالَ كَانَ إِبْرَاهِيمُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلَ النَّاسِ ضَيَّفَ الضَّيْفَ وَأَوَّلَ النَّاسِ اخْتَتَنَ وَأَوَّلَ النَّاسِ قَصَّ الشَّارِبَ وَأَوَّلَ النَّاسِ رَأَى الشَّيْبَ فَقَالَ يَا رَبِّ مَا هَذَا فَقَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَقَارٌ يَا إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ يَا رَبِّ زِدْنِي وَقَارًا . Dari Sa‘ i d ibn al-Musayyab, ia berkata: “Adalah Ibrahim orang pertama yang menjamu tamu, orang pertama yang berkhitan, orang pertama yang memotong kumis, dan ia orang pertama yang melihat uban lalu berkata: Apakah ini wahai Tuhanku? Maka Allah berfirman: kewibawaan wahai Ibrahim. Ibrahim berka