Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Kejujuran Ilmiah

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintakan pertanggungjawabannya . (QS. Al-Isra’ [17]: 36). Al-Qu r thubi mengutip berbagai riwayat yang menafsirkan ayat ini dalam konteks larangan bersaksi palsu, menuduh zina , bicara bohong, omongan jalang dan mencekoki keaslian nasab seseorang. Adapun Fukaha (ulama ahli fikih) melihatnya sebagai hujah kebolehan memakai jasa ahli firasat ( qa’if ) untuk penetapan keterhubungan nasab seseorang dengan ayahnya . Bisa dikatakan penafsiran seperti ini dominan secara kuantitas, sebab hampir semua kitab tafsir begitu. Namun ada sisi terlupakan yang terungkap dalam tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir , sepertinya patut direnungkan. Ibn ‘Asyur—mufasir/ahli bahasa dan sastra Arab—mengungkap analisis sintaksis ( nahwiyyah ) redaksional berdasar fakta adanya penekanan ( al-ihtimam ) pada tiga tempat dalam ayat. Pertama , mendahulukan kata “ kull