Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Paradigma Moderat Tafsir Kesetaraan Gender

  A.   Latar Belakang Masalah Persoalan paradigmatik dalam penafsiran ayat Alquran tidak bisa dinafikan. Hal ini merupakan konsekuensi dari keberadaan Alquran sebagai teks berbahasa Arab, sebab hakikat bahasa adalah simbol-simbol metaforis. Akibatnya penafsiran Alquran tak lepas dari pra pemahaman atau paradigma penafsirnya. Hal inilah yang dijadikan dasar oleh kaum feminis untuk menggugat penafsiran para ulama klasik yang dianggap bias gender bahkan misoginis. Misalnya masalah penciptaan perempuan dalam Surah al-Nisa ayat 1. Para aktivis feminis menggolongkan pemikiran tafsir klasik ke dalam paradigma teosentris-tekstual. Dengan berlatar paradigma inilah mereka menghasilkan tafsir yang bias gender. Misalnya tentang kepemimpinan politik perempuan, dikatakan ayat 34 Surah al-Nisa, oleh sebagian ulama, selama ini dipahami sebagai ayat yang menempatkan kaum perempuan lebih rendah dari pada kaum laki-laki. Lalu dikritik bahwa sebenarnya ayat tersebut bukan berbicara dalam konteks kepem