Jauhi Wanita
“...hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka..” (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
Jika dipenggal ayat di atas terkesan diskriminatif, terutama
bagi mereka yang orientasi berpikirnya didominasi oleh sensitivitas gender. Tetapi
sebenarnya ayat ini berisi pesan tindakan preventif terhadap wanita, agar
terhindar dari penyakit berbahaya. Oleh karena itu ayat ini harus dibaca secara
utuh, menyeluruh dan pemaknaan penuh. Beruntungnya, kita yang hidup di akhir
masa ini dianugerahi Allah ilmu interdisipliner sehingga dapat mencapai
keutuhan dan kepenuhmaknaan ayat ini.
Perhatikan keseluruhan rangkaian redaksi ayat: Mereka
bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah kotoran.” Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci
maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang
yang menyucikan diri.
Merujuk Tafsir al-Qurthubi, dinukil pendapat bahwa kata
“adza” berarti kotoran yang menyusahkan, yaitu bau menyengat. Ada pula mufasir
yang memaknainya secara umum, yaitu sesuatu yang tidak disukai. Kiranya
penafsiran ulama klasik sudah sesuai dengan capaian sains di masanya. Jadi
tidak perlu ‘pedas’ dikomentari seperti yang dilakukan oleh penganut feminisme.
Bahkan di abad klasik sudah ada penafsir yang cukup ilmiah, walau ilmu
kedokteran belum semaju sekarang.
Sebagai contoh, Imam al-Ghazali menjelaskan, bahwa haid
mengakibatkan penyakit sehingga tidak boleh berhubungan intim sampai wanita suci
dari haid. Lalu beliau menjadikannya sebagai dasar hukum (kias) bagi hubungan
intim pada anus (anal seks/sodomi). Alasan beliau, ‘kotoran’ pada haid sifatnya
temporal, sedangkan pada anus bersifat tetap, maka anal seks dilarang
sebagaimana larangan hubungan intim di waktu haid. Unik sekali, di tengah para
mufasir melihat larangan itu karena bau darah haid, Imam al-Ghazali justru
sampai pada alasan medis.
Pada masa sekarang, dunia medis menemukan penyakit
endometriosis, yang salah satu penyebabnya adalah menstruasi refluks, yaitu
darah menstruasi yang mengalir kembali ke dalam tuba falopi. Nah, hubungan
intim di masa haid membuat sperma bercampur dengan darah haid, lalu darah yang
seharusnya keluar justru dibawa kembali ke dalam tubuh. Menariknya, yang
diperintah menjauh dalam ayat ini adalah laki-laki, maka selamatlah wanita dari
nikmat sekejap membawa sengsara. Subhanallah!
Komentar
Posting Komentar